Artikel

Ambil Kendali Emosimu, Kawan!

Laela Siddiqah, M.Psi., Psikolog
08-02-2021 06-07_cover.jpg


Usia remaja merupakan masa dimana banyak hal yang dialami. Para remaja sering dihadapkan pada beragam pengalaman baru yang membutuhkan perhatian. Tak sedikit situasi yang ada memunculkan berbagai macam rasa yang kadang membuat diri ingin berontak. Atau justru menemukan kondisi yang membuat diri menjadi surut dan menciut karena merasa tak mampu dan tak berdaya. Namun tak jarang semangat dan gairah pun datang dengan sendirinya, seperti kembang api yang meledak dan melontarkan cahaya yang berwarna.

Perubahan suasana hati yang cepat adakalanya juga dialami oleh remaja. Pagi hari merasa semangat '45, tetiba menjelang siang merasa ambyar gegara penampilan dikomentari dengan kata-kata yang tidak menyenangkan oleh seorang teman. Pernah menghadapi situasi yang serupa? Jika pernah, tenang saja, kamu tidak sendiri kok.... Artinya, banyak yang juga mengalami hal tersebut. Termasuk saya ketika masih remaja dulu, hehee.....

Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai kemandirian emosional dan memperkuat kontrol diri (self-control). Di rentang usia remaja, segala hal yang terjadi dapat menjadi kesempatan sekaligus media bagi remaja untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan tersebut yang pastinya sangat diperlukan dalam kehidupannya. Jadi, sebenarnya macam-macam situasi dan persoalan yang hadir itu dapat dijadikan sarana mengembangkan kapasitas diri pada aspek emosional. Jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, maka pada saat memasuki usia dewasa kelak, kematangan emosional benar-benar bisa dicapai secara optimal. Mau kan?

Lalu bagaimana caranya?

Berlatihlah untuk mengambil jeda. Berhenti sejenak saat berhadapan pada situasi yang seketika membuat hati atau perasaan tidak nyaman. Tidak bertindak secara spontan atau reaktif karena perasaan yang penuh emosional. Namun, berhentilah sesaat. Tidak melakukan apapun dan tidak berkata apapun. Cukuplah diam dan menarik nafas yang panjang dan mendalam. Memberi jeda akan menciptakan ruang netral dalam diri kita, baik dalam berpikir, merasa, maupun bertindak. Jadikan jeda sebagai jembatan antara emosimu dan reaksi yang ditunjukkan.

Ambil kendali atas pikiran, perasaan, dan tindakanmu. Ruang netral yang tercipta akan membuka peluang bagimu untuk melihat situasi dan masalah dari sudut pandang yang berbeda. Kondisi itu juga dapat membantu menenangkan dan menyeimbangkan emosi yang sebelumnya bergejolak. Ruang netral itu pun dapat menghindarkan dirimu melakukan tindakan yang dapat kamu sesali di kemudian hari.

Gampang ya ngebayanginnya??? Kenyataannya bagaimana? Inilah tantangannya. Karena memang untuk bisa mampu dan terampil tidak cukup dengan membayangkan, tetapi mempraktekkannya. Mulai dicoba dan terus dilakukan ya....

Ketika suasana hati tidak nyaman dan emosi begitu berantakan, ambil jeda atau waktu untuk dirimu sendiri. Segera tarik nafas panjang dan dalam. Lakukan 5-10 kali putaran tarikan dan hembusan nafas. Rasakan apa yang terjadi dalam dirimu. Saat rutin melakukannya, maka berangsur-angsur akan mendapati dirimu menjadi lebih tenang dalam menghadapi berbagai situasi dan persoalan. Pikiran pun dapat menjadi lebih jernih dan tentu saja pilihan tindakan yang diambil sepenuhnya disadari, sehingga menjauhkan diri dari hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Awalnya mungkin membutuhkan waktu sedikit agak lama hingga merasa tenang dan lebih nyaman. Namun selanjutnya, saat sudah terbiasa, kamu bisa hanya memerlukan beberapa menit atau detik saja.

So, pegang sendiri remote emosimu. Jangan biarkan orang lain dan atau keadaan yang mengendalikan perasaan dan pikiranmu. Kontrol emosimu, bukan emosi yang mengontrol dirimu. Okay?!

Semoga bermanfaat.


Silakan bagikan halaman ini:

Artikel Lainnya

Relawan Psikolog Masuk Sekolah Berkontribusi dalam Layanan Helpline #Bersamamu 2024


Laporan Tahun 2022: Memperluas Dampak, Memperkuat Pendampingan


Laporan Tahun 2021: Awal Langkah Mendampingi Remaja di Tengah Pandemi


Jatuh-Bangkit Seperti Bola Bekel


Kamu Tim Growth Mindset atau Fixed Mindset?


Remaja Juga Bisa


Toxic Relationship VS Healthy Relationship


Kenapa Belajar Perlu Motivasi?


Apa Itu Toxic Relationship?


BERJUANG MERAIH MIMPI


Menjadi Kreatif, Kenapa Nggak?


Tumbuh berkembang bersama sahabat


Psikolog Masuk Sekolah
psikologmasuksekolah

@PSIMAS, 2020. ALL RIGHTS RESERVED